
Selesai mendengarkan cerita itu saya ingat kejadian Ariel, Luna Maya, dan Cut Tari. Bagaimana hal yang begitu privasi bisa masuk ke ranah publik, yang dilakukan oleh orang yang tak sepantasnya masuk ke area yang begitu pribadi itu. Melihat dua kejadian itu, benang merahnya cukup jelas. Masuk "rumah" seseorang tanpa izin. Siapa yang tidak setuju kalau kejadian macam itu disebut pelanggaran?
"A space to yourself"
Kejadian tiga manusia tenar itu sempat membuat saya ketakutan. Jangan-ja ngan beberapa orang yang saya undang ke dalam rumah atau saat saya menginap di hotel, ada yang memasang kamera atau penyadap sehingga aktivitas yang saya lakukan bisa terekam lugas dan suatu hari kalau diperlukan untuk alasan yang tidak jelas bisa diedarkan kemana-mana. Singkat cerita, dijadikan sebagai senjata pembantaian yang tak berdarah.
Kemudian, seperti ketiga nama tenar itu, saya akan dihakimi sebagai yang tak senonoh. Padahal, kan hak saya, mau melakukan apa saja di ruang yang teramat pribadi itu. Peristiwa itu membuat saya sekarang tak tahu bedanya senonoh dan tak senonoh. Nurani saya nyamber seperti kilat. "Kok mau tahu bedanya, artinya aja elo enggak tahu."
Baru saja berpikir ketakutan, eh ... kejadian semacam itu menimpa saya meski dalam kadar yang sangat-sangat ringan. Bersama dua teman, saya makan malam di sebuah mal. Kira-kira dua atau tiga hari setelah acara makan malam itu, saya membuka Twitter dan menemukan seseorang mengirimkan gambar saat kami sedang ada di dalam rumah makan itu.
Fotonya diambil dari atas sehingga wajah kami tak tampak sama sekali. Masalahnya, bukan soal wajahnya yang tampak atau tidak, tetapi hal yang membuat saya keder terjadi juga. Melihat foto itu, saya membalas dengan menuliskan. "Siapa sih nih yang ngambil gambar kita?" Sayang sejuta sayang, sampai hari ini balasannya tak kunjung tiba.
Gara-gara kejadian itu, saya penasaran mau tahu apakah privacy itu sesungguhnya. Maka saya melihat kamus. Begini persamaan katanya. Time alone, isolation, retreat, solitude, serta yang paling berkesan dan mengena adalah yang persamaan katanya berbunyi seperti ini, space to yourself dan confidentiality.
Menghormati diri sendiri

Mau nantinya ruangnya dibakar, dilukis, didiamkan saja, itu urasan saya dan Anda. Tak ada seorang diluar itu yang berhak mencampur adukkan dan tidak setuju karenanya, dan berkata dengan mudah, itu tak bermoral. Lha, katanya a space to yourself dan rahasia, yaaa...enggak perlu ada persetujuan siapa pun, bukan?
Nah, mengapa di dalam perjalanannya, ruang yang 100 persen milik saya dan Anda itu kemudian diobok-obok dan tidak menjadi rahasia lagi? Yang pasti ada sejuta alasan. Kalau kasus yang pertama mungkin karena cemburu dan si pacar memang jenis yang tidak setia sehingga ketakutan kalau ketidaksetiaan itu terjadi pada pasangannya sendiri.
Katanya cemburu itu timbul karena ada cinta di dalamnya. Itu saya tak mengerti. Buat saya itu manipulatif. Wong cinta, kok cemburu? Cinta itu baik, cemburu tidak baik. Jadi, cemburu itu bukan timbul dari rasa cinta, tetapi dari rasa tak percaya. Tak percaya pada diri sendiri dan tak percaya kepada pasangan hidup, maksudnya.
Kasus yang kedua dan yang menimpa saya mungkin karena di dunia ini selalu saja ada yang positif dan negatif. Ada yang jail, ada yang tidak jail. Katanya kalau enggak begitu, hidup itu tidak seru, tidak berwarna, tidak membuat hidup lebih hidup. Bahkan ada yang mencari nafkah dari memasuki ruang orang lain tanpa izin dan merasa hal itu sudah sepantasnya dilakukan.
Kalimat macam itu enak buat yang mendengar dan yang melihat ruang yang tadinya rahasia itu dan kemudian dibuka untuk umum. Tetapi, buat yang memiliki ruang rahasia itu, menjadi berbeda rasanya. Meski demikian, ada saja yang sengaja membuka yang rahasia itu ke ranah publik untuk sebuah sensasi atau mencuatkan nama yang sudah lama layu atau mau layu.
Adalah hak setiap orang memiliki ruang dan rahasianya sendiri. Kalau ada yang mengganggunya atas nama cinta, atas nama uang, dan atas nama apapun, mungkin itu menunjukkan, kalau yang mengganggu lupa bahwa di dunia ini orang harus saling menghormati. Atau mungkin, ia sendiri tak tahu apakah masih perlu menghoramati dirinya sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar