Senin, 04 Juli 2011

Memberi Kado Setiap Hari


Banyak orang bertanya, apa sesungguhnya yang paling membuat orang kaya  berbahagia? Uang untuk hidup tentu saja bukan masalah. Kesenangan yang bisa dibeli dengan uang, juga tidak masalah. Liburan ke berbagai tempat, ia sesederhana memerintahkan sekretaris.

Di tengah gelimang materi  ini, ada yang mengira kehidupan  orang kaya hanya berisi kebahagiaan dan kebahagiaan. Dan ternyata tidak. Dalam limpahan uang maupun utang, kebahagiaan itu hanya tamu yang datang dan pergi. Serupa matahari, paginya terbit sorenya terbenam. Melawan bahwa matahari hanya boleh terbit dan tidak boleh tenggelam, hanya akan membuat seseorang menjadi dua korban: korban canda sekaligus korban kecewa.

Sudah banyak korban dalam hal ini.Yang baru naik pangkat mengira bahwa kenaikan pangkat akan berlangsung selamanya. 0rang kaya menduga kalau kekayaan akan selama-lamanya. Dan alam bertutur sederhana: tidak ada yang kekal.

Itu sebabnya orang bijaksana mendidik dirinya untuk mengalir bersama aliran-aliran kehidupan. Bekerja, berusaha, berdoa tentu saja  dilakukan. Namun berapa pun kehidupan menghadiahkan hasil, sambutlah semuanya dengan senyuman. Naik jabatan itu indah karena memberi tanda sedang dipercaya. Turun jabatan juga indah, terutama karena terbuka kesempatan untuk mendidik diri agar ikhlas. Dalam bahasa orang suci, keikhlasanlah yang membuat kehidupan istirahat dalam keabadian.

Salah satu sahabat Direktur Utama Bank pernah bercerita di bandara Bali tentang betapa bahagianya memiliki anak yang diwisuda. Bagi mereka yang sudah punya putera-puteri yang sudah dewasa, mendengar anak lulus sarjana mungkin sesuatu yang biasa. Namun bagi yang baru saja memiliki putera pertama diwisuda, itu sungguh sebuah kebahagiaan.

Berbagai macam gambar indah yang muncul di kepala. Melihat anak mengenakan baju wisuda, toga, namanya dipanggil ke depan, kemudian petinggi Universitas menyalaminya sampai tepuk tangan gemuruh banyak orang. Ringkasnya, indah, indah dan indah. Setiap sahabat yang sudah membuang penyakit iri di dalam dirinya akan ikut tersenyum merasakan kebahagiaan ini.

Namun kembali ke tanda-tanda alam di awal, semuanya tunduk pada hukum ketidakkekalan. Setiap hal yang datang akan pergi. Itu sebabnya, banyak pejalan kaki ke dalam diri mulai menyadari,   hanya   persahabatan   dengan    kehidupan   yang menyejukkan. Bersahabat dengan karir yang lagi menanjak itu mudah. Namun bersahabat dengan cacian orang, hanya orang bijaksana yang bisa melakukannya. Dalam bahasa seorang guru: happiness and unhappiness come from your unbalance mind. Kebahagiaan, kesedihan datang dari batin yang belum sepenuhnya seimbang.

Itu sebabnya seorang sahabat di Bali menghabiskan sebagian waktunya untuk menyapu dan mengepel. Bukan karena tidak bisa membayar pembantu.  Namun sedang mendidik diri bersahabat dengan kehidupan di bawah.

Sekali, dua kali, tiga kali ia tidak membawa dampak apa-apa. Namun seperti menetesi batu dengan air, setelah sekian lama batunya berlubang. Demikian juga dengan latihan menjadi rendah hati. Ia seyogyanya dilakukan secara tekun terus menerus. Baru bisa memberi dampak perubahan.

Serupa dengan para sahabat yang pernah duduk di kursi-kursi tinggi baik di dunia korporasi maupun birokrasi, kekuasaan kerap memaksa kita mengenakan topeng-topeng keangkuhan, kesombongan, kemarahan. Baik karena dalih wibawa maupun karena alasan efektifitas kekuasaan.

Namun karena dilakukan bertahun-tahun, topeng-topeng itu kemudian menyatu dengan diri kita sendiri. Ini serupa dengan memelihara macan dalam kamar, lama-lama kita dimakan oleh macan kesombongan, sekaligus dibuat menderita. Di titik inilah manusia memerlukan kerendahah hati untuk kembali ke bawah.

Menyapu, mengepel, membersihkan taman, membantu isteri merapikan piring-piring kotor, membantu anak-anak mengerjakan pekerjaan rumah, itulah rangkaian hal sepele namun menyejukkan. Tidak saja kita bahagia, isteri juga bahagia, anak-anak bertumbuh, tetangga tidak pernah mendengar umpatan dari rumah kita. Dan dalam setiap lingkungan yang ditandai oleh sedikit kemarahan dan perselisihan, alam akan berbicara dengan bahasa-bahasa kosmik berupa datangnya kupu-kupu, bernyanyinya kodok sampai dengan mekarnya bunga di mana-mana.

Mungkin itu sebabnya Lama Zopa Rinpoche menulis dalam How to be happy: The sun of real happiness shines in your life only when you start to cherish others. Cahaya kebahagiaan yang sesungguhnya mulai menyala ketika seseorang menemukan kebahagiaan dalam membahagiakan orang lain. 0rang-orang yang tekun di jalan ini akan merasakan kesejukan dan keteduhan sesungguhnya dalam setiap pelayanan yang diberikan pada orang lain.

Makanya di halaman lain buku Lama Zopa Rinpoche, ia berpesan: If you want to be loved, love others first. Siapa saja yang mau dicintai, belajarlah mencintai orang lain terlebih dahulu. Sejuk, teduh, lembut, dan indah itulah buah dari kehidupan jenis ini.

Sebagaimana terjadi di setiap putaran kehidupan, tidak semua orang tertarik belajar keteduhan dan kesejukan. Seperti sungai, selalu ada air yang lembut sekaligus batu yang keras. Dan keduanya hadir bersama-sama melukis keindahan.

Bagi para sahabat  yang belum sampai di sini, lebih-lebih masih didikte habis oleh topeng-topeng kekuasaan, akan mudah menduga sahabat yang suka menyapu dan mengepel sebagai ketua dewan pembina ISDI (Ikatan Suami Diinjak-injak Istri). Dan ini pun layak dihormati. Namun ketika kita tidak marah, tidak menyakiti, sebaliknya malah menyayangi dan melayani, sesungguhnya sedang memberi kado setiap hari pada orang-orang yang kita cintai.

Gede-Prana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar