Niko, Anton, Pram, Dini, Rini dan Sita menghabiskan liburan mereka dengan berkemah Tempatnya di lapangan, di tepi sebuah hutan lindung kecil. Herdy, anjing milik Niko, juga tidak mau ketinggalan.
Hutan lindung itu terletak di desa kakek Niko. Tentu saja tidak ada hewan buas di situ. Ada sungai kecil yang berair jernih mengalir melewati lapangan itu. Hawanya sangat segar dan sejuk.
Anak-anak itu mendirikan dua tenda. Tenda anak laki-laki terletak di pinggir sungai. Tenda anak perempuan, agak ke tengah. Di dekat tepi sungai, terdapat sebuah batu datar yang cukup besar. Anak-anak itu menggunakannya sebagai tempat bertumpu saat melompat ke sungai.
Telah dua hari mereka berkemah di situ. Semuanya aman dan lancar. Akan tetapi pada pagi hari ketiga, terdengar keributan kecil di tenda anak perempuan. Niko, Anton dan Pram bergegas lari ke tenda anak perempuan.
"Ada apa?" tanya Niko
"Sepatuku hilang," kata Dini kebingungan.
"Mungkin kamu lupa. Coba tenang. Diingat-ingat dulu," saran Pram.
"Aku tidak lupa. Kemarin aku taruh di rak sepatu seperti biasa," sahut Dini.
"Benar. Aku dan Sita tadi malam masih melihat sepatu Dini di situ. Disamping sepatu kami," kata Rini. Sita mengangguk membenarkan.
" Berarti...ada pencuri di temapt ini," kata Anton. "Tapi siapa, ya? Dan mengapa hanya sepatu Dini yang diambil?"
Semua anak terlihat tegang. Niko, selaku ketua rombongan, tampak berpikir keras. Dahinya berkerut. "Aku harus dapat memecahkan misteri sepatu Dini," batinnya.
Sayangnya, Herdy tidak pernah dilatih untuk mencari barang hilang. Jadi, pemecahan misteri sepatu Dini yang hilang itu betul-betul tergantung pada kemampuanku sendiri. Batin Niko lagi.
"Tenang! Sepatu itu pasti bisa ditemukan lagi. Sekarang lakukan saja tugas kalian masing-masing. Biar aku yang mencarinya," Niko menenangkan.
Setelah teman-temannya bubar Niko menuju tenda anak laki-laki. Ia mengitari tenda itu, namun tidak menemukan petunjuk apapun. Niko lalu memeriksa di sekitar tenda anak perempuan. Rumputnya masih basah dan berembun. Dugaannya tidak meleset. Meski samar, tampak ada bekas jejak kaki. Niko merngikuti jejak itu. Tepat di tepi sungai, jejak itu lenyap.
"Pintar juga! Pencuri itu masuk kedalam sungai untuk menghilangkan jejaknya," batin Niko.
Ia lalu memandangi aliran sungai kecil itu. Di sisi kanan sungai ada hutan. Sisi kirinya melintasi tenda anak laki-laki dan menuju ke persawahan penduduk.
Niko terpaku beberapa saat. Tadi malam, seingatnya Herdy tidak menyalak sama sekali. Itu berarti, tadi malam tidak ada orang asing yang datang ke perkemahan mereka. Kemungkinan besar pencuri sepatu Dini ada di antara mereka. Tapi siapa? Niko terus berpikir.
Sesaat kemudian Niko masuk ke dalam sungai, menelusuri sisi kiri sungai. Ia lalu berhenti di dekat batu besar tempat mereka biasa melompat. Permukaan batu datar itu begitu bersih. Terlalu bersih! Dan...
Ah, itu jawabannya! Sorak niko di dalam hati. Ia sudah tahu siapa pencuri sepatu Dini!
Sorenya Niko menemui Anton. Ia beralasan ingin mengajak Anton jalan-jalan. Teman-teman yang lainnya sedang sibuk memasak.
"Ton, kembalikan saja sepatu Dini. Kasihan, seharian ia kebingungan," kata Niko pelan. Anton menatap Niko dengan wajah kaget. Kemudia ia mengangguk pelan.
Niko teringat peristiwa sore hari sebelum sepatu Dini hilang. Mereka sedang asik bermain kartu di tenda anak perempuan. Tenda yang tidak begitu luas jadi sesak.Anton yang bertubuh paling jangkung tampak sulit menekuk kakinya yang panjang. Waktu itu, Dini bercanda agak keterlaluan. Katanya, kaki Anton seperti kaki belalang. Mungkin hal itu yang membuat Anton kesal, dan menyembunyikan sepatu Dini.
Saat naik kembali ke darat, tanpa kesulitan Anton langsug menginjakkan kakinya ke atas batu besar. Ia lalu membersihkan jejak kakinya di atas batu besar itu. Anton lalu melompat lagi ke tenda anak laki-laki tanpa membuat jejak di rerumputan.
Seharusnya Anton tidak perlu membersihkan jejak kakinya itu. Karena setiap hari mereka bermain loncat-loncatan di atas batu besar itu. Batu itu tidak akan pernah bersih selama mereka ada di sana. Niko menjadi curiga, justru karena batu itu menjadi sangat bersih.
Pernah di muat di Majalah Bobo Tahun XXXVI 4 September 2008.
Juga di Kumpulan Cerpen Bobo No. 66 Pustaka Ola.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar