Minggu, 17 Oktober 2010 | 04:09 WIB
”Dzak, ayo cepat maju!” seru Rijal mendorong bahu temannya yang masih terbengong-bengong itu.
”Benar namaku yang dipanggil?” gumam Dzaky masih tak percaya.
”Iya, siapa lagi yang punya nama Dzaky, selain kamu!” ujar Ilyas yang berdiri di sampingnya.
DZAKY bergegas keluar dari barisan, melangkah ke depan lapangan upacara dan berdiri di samping Ira yang menjadi ranking ketiga. Dan tak lama kemudian, seperti yang telah diduga, Atik si bintang kelas kembali meraih ranking pertama.
Dzaky teringat kembali pada masa-masa awal ia menjadi murid baru di SD 4 Dasan Agung tiga bulan yang lalu. Di hari pertama masuk sekolah, ia tak bisa mengerjakan soal matematika di depan kelas yang diberikan Bu Mul, guru kelas mereka. Malu sekali rasanya ia waktu itu.
Apalagi ketika ia disuruh kembali ke bangku karena lonceng tanda istirahat telah berbunyi. Arif yang duduk di belakangnya berbisik-bisik, ”Sst...sst... ada Naruto... Naruto datang.”
Dzaky tahu teman barunya itu menyindir dirinya. Ia memang memakai berbagai barang yang bergambar tokoh komik dan film kartu kegemarannya itu. Mulai dari tas ransel, jam tangan, hingga alat-alat tulis sekolah semuanya bergambar Naruto.
”NARUTO apaan, Rif?” tanya Bobi yang duduk di samping Arif.
”Na itu Anak, Ru itu baru...,” sahut Arif sengaja tak langsung menyelesaikan kata-katanya.
”To-nya apa dong?” tanya Bobi lagi.
”To-nya te...o...el...o...el,” jawab Arif seraya tertawa.
”Te...o...el...o...el?” Bobi mengulang kata-kata Arif, ”Oh...tolol ya,” kata Bobi baru mengerti dan segera terdengar suara tawanya. Teman-teman lain yang mendengar juga ikut tertawa.
Dzaky hanya terdiam mendengar gurauan teman-teman barunya itu. Dalam hati ia bertekad akan belajar sungguh-sungguh dan membuktikan dirinya bukan Naruto alias Anak Baru Tolol, seperti yang dikatakan Arif.
SEBUTAN Naruto kemudian melekat pada diri Dzaky. Kebanyakan teman- teman sekelasnya memanggilnya dengan nama tokoh ninja muda itu.
Dzaky tak bisa berbuat apa-apa, ia menganggap teman-temannya hanya bercanda.
Hari ini tekad Dzaky itu telah membuahkan hasil. Ia berhasil meraih ranking kedua di kelasnya. Kini Arif dan teman-teman lainnya tak akan bisa mengejeknya Naruto lagi.
”Selamat ya, Dzaky,” suara Pak Erpani menyadarkan Dzaky dari lamunannya.
Dzaky menerima bungkusan hadiah dan bersalaman dengan kepala sekolahnya itu.
”Terima kasih, Pak,” sahut Dzaky. Dzaky kembali ke barisan kelasnya dengan wajah berseri-seri. Senyuman mengembang di bibirnya.
ANAK-ANAK kelas V segera menyalami dan memberi ucapan selamat kepada Atik, Dzaky, dan Ira, yang berturut-turut menjadi ranking satu, dua, dan tiga.
Arif dengan malu-malu menghampiri Dzaky. ”Selamat ya, Dzak,” katanya seraya menyalami Dzaky.
”Terima kasih, Rif,” sahut Dzaky.
Arif tak memanggilnya Naruto lagi, sorak Dzaky dalam hati.
Tetapi, ketika Arif kembali ke barisan paling belakang, tempatnya berdiri semula, terdengar suaranya berkata,
”Kamu tetap Naruto, Dzak. Tapi...”
Dzaky menoleh ke belakang.
”Tapi apa, Rif?” tanyanya.
Arif tak segera menjawab dan hanya tersenyum geli.
”Iya, tapi apa, Rif?” tanya Bobi yang berdiri di sampingnya penasaran.
”Naruto kali ini lain,” kata Arif akhirnya.
”Lain apanya?” tanya Bobi lagi.
”Naruto yang sekarang artinya Anak Baru....Te...O...Pe,” sahut Arif.
”Te...O...Pe?” ulang Bobi bingung.
”Anak Baru Tooop!!!” kata Arif sambil mengacungkan kedua jempolnya.
Dzaky tersenyum mendengar kata-kata Arif. Ia tetap dijuluki Naruto oleh teman- temannya, tetapi kali ini dengan arti yang menyenangkan. Anak Baru Top alias jempolan.
Anton Widyanto Putra Penulis Cerita Anak, Tinggal di Surakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar